Selasa, 13 Mei 2008

MENTERI FERDDY NUMBERI KUNJUNGI BENGKALIS

BENGKALIS - Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, Freddy Numberi, Rabu (18/4/2007) melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Bengkalis. Kedatangan Freddya dalam rangka menghadiri Kemah Riset Perikanan Nasional yang dilaksanakan di Gedung Kesenian Cikpuan Bengkalis itu, langsung disambut Bupati, H Syamsurizal.
Freddy mengatakan, upaya untuk meningkatkan taraf hidup bagi 16,4 juta jiwa penduduk Indonesia yang tinggal di 8009 desa, di 297 kabupaten pesisir hingga saat ini terus dilakukan.
Agar upaya itu kian optimal, pihaknya sudah melakukan program-program yang fokus untuk memberdayakan masyarakat yang ada di pesisir itu. “Banyak upaya yang kita lakukan demi menguatkan perekonomian mereka,” katanya
Fokus pembangunan kelautan dan perikanan itu, katanya, antara lain dengan melakukan revitalisasi perikanan yang difokuskan pada peningkatan produksi udang, ikan tuna, rumput laut dan pengembangan kluster industri pengolahan hasil perikanan.
Dengan program ini ia berharap penciptaan lapangan kerja kian terbuka. Tahun lalu sebut mantan Gubernur Papua ini, pihaknya sudah melakukan upaya penguatan modal kerja melalui pengembangan dana ekonomi produktif pada program PEMP (Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir).
Bantuan dalam rangka menekan biaya produksi juga sudah dilakukan. Misalnya membangun stasiun pompa bahan bakar nelayan, kedai pesisir, bantuan sarana modal usaha, pemberian bantuan sarana air bersih dan rumpon.
“Kita sudah membangun 130 pompa bensin di kawasan pesisir dari 500 stasiun pompa yang kita rencanakan. Lantaran itu saya berharap, daerah lain juga turut serta melakukan hal yang sama. Dana Alokasi Khusus dan dana Dekonsentrasi sebahagian bisa dipakai untuk itu,” katanya.
Upaya ini, sebut Freddy, harus segera dilakukan. Sebab hal utama yang membuat nelayan harus mengeluarkan biaya besar, lantaran sulitnya mencari bahan bakar. Lahan untuk membangun stasiun bahan bakar itu, katanya, hendaknya juga bisa disediakan pemerintah daerah.
“Perangkat pompa minyak dari pemerintah pusat. Ini akan menjadi aset nelayan, sehingga nelayan punya dana cadangan bila membutuhkan dana untuk hal-hal yang mendesak,” rincinya.
Kata Freddy, penyaluran dana penguatan modal usaha budidaya dan pemberian subsidi benih juga dilakukan. Hingga saat ini sudah ada 35 pesantren bahari dibangun. Pesantren ini dibekali dana bantuan masing-masing Rp 40 juta. Uang itu akan digunakan untuk modal budidaya perikanan. Pemberiaan dukungan penyediaan sarana dan prasarana.
Pengelolaan wilayah pesisir terpadu dan konservasi laut, katanya, dilakukan melalui pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang, pemantapan kawasan konservasi laut daerah serta pengelolaan lingkungan berbasis pemberdayaan masyarakat juga sudah berjalan.
Kemudian, penyediaan perumahan nelayan. Dukungan penyediaan riset dan teknologi aplikatif serta peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan, latihan dan penyuluhan.
Makanya kata Menteri Kelautan Dan Perikanan Indonesia pendapatan sektor perikanan sudah kian membaik. Buktinya tahun lalu kontribusi sektor perikanan sudah mencapai angka 2,51 persen.
”Begitu juga produksi perikanan, juga terus meningkat. Terutama untuk produksi budidaya yang tahun lalu sudah mencapai angka 2,26 juta ton. Hasil tangkapan di laut dan perairan umum juga mengalami peningkatan meski tidak setajam perikanan budidaya,” katanya.
Selain itu, agar industri perikanan di Indonesia dan ketersediaan ikan laut tetap lestari, pemerintah kata Freddy, akan melakukan perbaikan pelayanan perizinan. Mengurangi jumlah kapal perikanan berbendera asing secara bertahap melalui bilateral arrangement dan mensyaratkan pada kapal asing yang akan melakukan operasi di wilayah perairan ZEE untuk membangun industri pengelolaan di dalam negeri.
“Kalau mereka tidak mau membangun, lebih baik tidak usah mencari ikan di perairan kita. Selama ini yang kita besarkan industri mereka. Celakanya, mereka tidak pernah melaporkan hasil tangkapan. Buat apa mereka ada kalau hanya merugikan kita saja,” tegas Freddy.
Lantaran itulah, katanya, kerja sama yang tidak menguntungkan itu satu persatu diputus. Diantaranya, kerja sama dengan Fhilipina dan Thailand yang sudah dihentikan. “Bulan Juli kerja sama dengan Cina juga kita hentikan,” ujarnya.
Kini, kata Freddy, kapal asing yang ada di indonesia tinggal sekitar 30 unit. Armada Nasional sekitar 6.000-an serta armada rakyat mencapai 525.000. “Inikan angka yang sangat besar. Makanya sebenarnya kita sudah melebihi kapasitas tangkapan. Kalau ini terus berlangsung, bisa-bisa kita akan kesulitan ikan,” katanya.
Sementara itu, Syamsurizal mengatakan, Bengkalis sendiri juga sudah melakukan terobosan untuk melestarikan ikan di laut. Caranya, sebanyak 5.329 Rumah Tangga yang menggantungkan hidupnya di sektor ikan tangkapan, secara bertahap diarahkan untuk menjadi nelayan budidaya.
Hal ini kata bupati, demi menghindari kelebihan tangkapan (over fishing), perselisihan lantaran perbedaan alat tangkap dan jenis ikan tangkapan, serta untuk memperluas ruang gerak nelayan dalam menangkap ikan. ”Saat ini sudah ada 770 rumah tangga perikanan budidaya yang sudah kita bina,” katanya.

Keterangan Foto:
Bupati H Syamsurizal menyerahkan plakat daerah kepada Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi usai pembukaan kemah riset mahasiswa perikanan nasional di Gedung Kesenian Cikpuan, Rabu (8/4/2007).

Tidak ada komentar: