Senin, 12 Mei 2008

MASYARAKAT MESTI SELEKTIF PILIH ACARA DI TELEVISI



BENGKALIS – Bupati Bengkalis H Syamsurizal minta masyarakat di daerah ini lebih selektif dan cerdas dalam memilih tontonan acara yang tayangan di televisi. Harapan ini disampaikannya terkait dengan dipublikasikannya 10 tayangan televisi bermasalah oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Jum'at (9/5) lalu.
"Para orang tua hendaknya bisa lebih cerdas saat memilih tontonan. Sebab dengan cara seperti itu mereka sudah ikut berpartisipasi dalam menyelamatkan generasi muda untuk tidak terjebak dalam degradasi moral. Jadi saya harapkan, jangan menonton saja. Meski selektif," Syamsurizal, didampingi sang isteri tercinta Ny Hj Fauziah Siregar Syamsurizal.
Dikatakannya, adapun tayangan di layar kaca yang dinilai KPI bermasalah itu adalah acara yang dinilai mengandung unsur kekerasan, baik dalam bentuk tindakan verbal maupun non verbal. Terdapat unsur pelecehan terhadap kelompok masyarakat maupun individual. Kemudian, terdapat penganiayaan terhadap anak, serta tidak sesuai dengan norma-norma kesopanan dan kesusilaan.
Mengutip keterangan Ketua KPI Pusat Prof Dr Sasa Djuarsa Senjana, kandidat doktor di salah satu universitas terkemuka di Negeri Jiran Malaysia itu mengatakan, tayangan bermasalah mencakup sineteron serial, tayangan anak dan variety show. Adapun 10 acara tayangan televisi dimaksud, adalah Dangdut Mania Dadakan 2 (televisi yang menyiarkannya TPI), Cinta Bunga (SCTV), Ekstravaganza (Trans TV), Jelita (RCTI), Mask Rider Blade (ANTV).
Kemudian, Mister Bego (ANTV), Namaku Mentari (RCTI), Rubiah (TPI), Si Entong (TPI) dan Super Seleb Show (Indosiar)," kata Syamsurizal ketika dijumpai di kediaman resmi, Wisma Daerah Sri Mahkota, Minggu (11/5) petang kemarin.
Sementara itu, Ny Fauziah mengajak para orang tua, khususnya ibu-ibu untuk melarang dan tidak membolehkan anak-anak mereka menonton siinetron di televisi. Pasalnya, khususnya sinetron remaja banyak yang ditayangkan di layar kaca itu, berdampak buruk terhadap perkembangan psikologi anak.
Mengutip hasil temuan para peneliti dari 18 perguruan tinggi (PT) di Indonesia tentang sinetron belum lama ini, khususnya sinetron remaja, Ketua Forum Pendidikan Anak Usia Dini ini mengatakan, kekerasan menjadi porsi utama dalam plot dan adegan sintron remaja. Kekerasan bukan lagi semata bumbu untuk memunculkan kontras atau konflik.
Tapi, kekerasan menjadi inti cerita itu sendiri. Hal ini akan berdampak buruk pada perkembangan kejiwaan anak. Hampir separuh kekerasan yang ditayangkan di televisi (44,52 persen) merupakan kekerasan psikologis. Kekerasan ini tecermin lewat perilaku mengancam, memaki-maki, mengejek, melecehkan, memarahi, memelototi, dan membentak.
"Porsi terbesar kedua dan ketiga ditempati kekerasan fisik (22,82 persen) dan kekerasan relasional (9,87 persen) yang mengakibatkan rusaknya hubungan antarkarakter atau antarkomunitas yang tecermin lewat perilaku seperti menggunjing, memfitnah, atau menyebar desas-desus. Semua itu tidak baik ditonton anak-anak. Mereka akan menirunya" katanya.
Buruknya lagi, kata Ny Fauziah, sinetron remaja juga tidak mendidik. "Sebagai contoh, sekolah boleh dijadikan tempat pacaran. Para siswa memakai pakaian ketat (seksi). Bukan sebagai tempat untuk belajar sebagaimana mestinya. Karena itu, agar mental dan juga aqidah anak tidak rusak, sebaiknya mereka dilarang menonton sinetron. Diet menonton sinetron, khususnya sinetron remaja. Tonton saja acara yang bermanfaat bagi pendidikan anak," ajak Ketua TP PKK Kabupaten Bengkalis ini. ***

Tidak ada komentar: